Wednesday, June 25, 2014

Membeli kembali Indosat dan Telkomsel..?

Jakarta - Presiden terpilih Indonesia disarankan untuk mengalihkan targetnya jika serius mau melakukan buyback untuk menasionalisasi aset telekomunikasi. Daripada repot-repot membeli Indosat, para capres disarankan untuk membeli kembali saham Telkomsel agar utuh 100% jadi milik Indonesia.

"Ketimbang membeli kembali saham Merah Putih di Indosat, lebih baik Para Capres  jika terpilih memberikan perhatian lebih kepada Telkom Group," kata Founder IndoTelko Forum Doni Darwin dalam rilis yang diterima detikINET, Rabu (25/6/2014).

Seperti diketahui, Telkomsel memang masih mayoritas milik Indonesia melalui Telkom Group. Namun itu cuma 65% saja. Sisanya, 35% kepemilikan dikuasai oleh Singapura melalui SingTel. Sementara Indosat, saat ini 65% sahamnya dimiliki oleh Ooreedo (Qatar Telecom/Qtel). 

Sebelum dilepas ke Qtel pada 2008, Indosat juga sempat lama dikuasai oleh Singapura, tepatnya selama enam tahun lebih sejak pemerintah Indonesia di era Megawati menjual 41,94% saham Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia (STT) dengan harga USD 627 juta pada 2002. 

Kemudian pada tahun 2009, Qtel kembali membeli 24,19% saham dari masyarakat melalui tender offer sehingga total kepemilikannya menjadi 65%. Salah satu tokoh yang ikut mendorong tender offer waktu itu adalah Jusuf Kalla.

Kala itu, STT memutuskan untuk melepas Indosat pasca keluarnya putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menyatakan adanya kepemilikan silang dari Temasek di Telkomsel dan Indosat. Kepemilikan silang itu diwakili dengan kehadiran STT di Indosat dan SingTel di Telkomsel.

Dengan dua pilihan yang ada, maka Jokowi pun disarankan untuk memilih yang terbaik untuk buyback. Telkom dinilai harus didorong membeli kembali saham di SingTel dan mengamankan jalur komunikasi agar isu-isu penyadapan seperti dihembuskan mantan agen NSA Edward Snowden beberapa waktu lalu tak muncul lagi‎

"Apalagi, Telkom memiliki dua slot satelit dan fiber optik paling luas dan anak usahanya Telkomsel jelas menguasai 41% pangsa pasar seluler. Buat apa beli Indosat yang 80% omzetnya hanya mengandalkan seluler dan cuma punya satu slot orbit saja," papar Doni.

Jika melihat kondisi Indosat saat ini, posisinya ada di nomor tiga untuk bisnis seluler dan hanya mengelola satu slot orbit untuk satelit Palapa D. Satu slot lainnya belum lama ini telah ditarik pemerintah demi kepentingan nasional dan diserahkan ke Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Sementara Indosat di bawah kekuasaaan Ooredoo juga lebih banyak mengandalkan pendanaan dari kas internal atau refinancing untuk ekspansi sehingga utangnya lumayan tinggi. 

Per akhir 2013, Indosat tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 2,78 triliun dengan nilai ekuitas sebesar Rp 16,5 triliun dan aset yang mencapai Rp 54,5 triliun. Hingga 20 Juni 2014, kapitalisasi pasar Indosat mencapai Rp 20,15 triliun dengan perkiraan valuasi Price Earning Ratio (PER) 2014 sekitar 33x.

Pada tahun ini perseroan memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp 6,5 triliun. Dan hingga 2015 Indosat membutuhkan dana sekitar Rp 9 triliun untuk refinancing dari utang jatuh tempo.

"Itu sebabnya, Indosat dibeli kembali tak ada untungnya. Yang untung hanya STT karena sudah dapat margin gede. Ooredoo juga pasti inginnya harga saham sesuai market price. Sementara Telkom kalau maju maka konten ekonomi kreatif bisa di-deliver dengan cepat karena akses ultrabroadband," pungkasnya.

‎Sumber: detik

0 comments:

Post a Comment

My Blog List